Rabu, 10 Juli 2019

Keadilan Beda Dunia (Chapter 02)

Siang itu, saat aku sedang bekerja di bengkel seperti biasanya tiba tiba datang sebuah mobil putih dan berhenti tepat di halaman bengkel, tak lama kemudian keluar seorang wanita dengan dandanan pekerja kantoran, rambutnya lurus panjang, sambil melihat ban belakang sebelah kiri. Aku menghampiri wanita tersebut dan bertanya
"selamat siang, apa ada yg bisa saya bantu ?" -Jorgi
"Ban mobilnya tiba2 kempis, bisa tolong di cek?" - wanita
"Iya, sebentar ya bu" - Jorgi, sambil berjalan mengambil alat untuk membuka ban
"Iya pak" - wanita
Sambil membuka ban, "jangan panggil pak, bu...saya masih muda hehe"-Jorgi. tertawa ringan
"Bukan nya saya juga masih muda, lantas kenapa anda memanggil saya bu ?" Jawab wanita itu, mengawasi jorgi yg sedang membongkar ban mobil.
"Saya tidak mengetahui nama anda, jadi dengan sebutan apa saya harus memanggil anda ?" Jawab Jorgi yg tanpa sadar sudah hampir selesai membuka ban mobil.
"Jika anda tidak tahu, apakah yg anda harus lakukan ?" - wanita.
"Bertanya !!" - Jorgi.
"Nah....itu tahu" - wanita. Sambil sedikit tersenyum.
"Ban nya bocor bu, jadi mau di ganti atau bagaimana ?" -Jorgi, berdiri lalu bertanya kepada wanita itu.
"Iya tolong di ganti" jawab wanita, dengan raut wajah agak kesal.
"Iya tunggu sebentar ya saya ambil ban nya di gudang belakang" jawab jorgi, lalu bergegas menuju gudang yg ada di belakang bengkel.
"Iya pak, bukan nya tanya nama malah tanya ban, laki laki aneh" jawab wanita itu dengan volume suara yg sangat kecil sehingga hanya dia yg bisa mendengarkan nya.
Tak lama kemudian jorgi datang sambil mendorong ban yg ia ambil dari gudang, melihat wanita itu dan berkata ;
"Silahkan duduk saja dulu bu..." -Jorgi, meletakkan ban mobil dan bersiap untuk memasang ban yg baru.
"Kan sudah saya bilang barusan, jangan panggil saya pake "bu.." jawab wanita itu, dengan raut wajah cemberut.
"Maaf bu...eh maaf lagi, jadi mau nya saya panggil pake apa nih ? " Jorgi, tertawa kecil sambil memasang ban mobil.
"Terserah !!!" Jawab wanita itu kesal.
"Hahaha, iya maaf nama nya siapa ?" Tanya jorgi sambil tertawa kecil
"Panggil saja, Melda" - jawab singkat wanita itu.
"Jorgi, nama saya jorgi" Jorgi memberitahukan namanya, sambil berdiri " ban nya sudah selesai saya ganti, jadi untuk pembayaran silahkan ibu...eh mbak melda bayar di bagian kasir di sebelah sana " jari telunjuk jorgi menunjukkan bagian belakang pojok kiri pada bengkel tersebut.
"Iya, terima kasih...lain kali melda aja tidak perlu pake mbak" melda tersenyum kecil sambil berjalan menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
Jorgi menuju ke toilet mencuci tangan, dan langsung kembali menuju ke bengkel, dan melihat dari halaman melda membuka pintu mobil lalu melihat ke arahnya sembari melambaikan tangan dan jorgi pun tanpa sadar mengangkat tangan lalu melambaikan tangan juga membalas lambaian tangan melda, kemudian melda masuk dan pergi dengan mobil nya, sedangkan jorgi duduk dan berpikir apakah artinya lambaian tangan itu, salam perpisahan atau kah  salam perkenalan, dan bisa saja hanya ucapan terima kasih melalui gestur tubuh, hanya dia yg tau.

Tak terasa malam itu sudah cukup larut, dan dingin mulai terasa menusuk tubuh mereka berdua, ayah dan anak yg duduk di pinggir danau dimana jorgi menceritakan kisah yg ingin di dengarkan oleh putrinya sejak dulu.
"Begitulah cerita bagaimana cara ayah bertemu ibu mu..sudah dulu ceritanya untuk malam ini ya nak..sudah larut malam, sekarang kita tidur, besok lanjutin lagi" jorgi berdiri sambil mendekati sonia yg sedang duduk di ayunan.
"Iya ayah...tapi janji ya besok lanjutin ceritanya lagi !!" Sonia, turun dari ayunan di bantu ayahnya.
"Iya ..ayah janji !! " jawab jorgi sambil memapah sonia lalu mereka berdua menuju ke rumah untuk beristirahat........bersambung

Keadilan Beda Dunia (Chapter 01)

Terasing, jauh dari desa tidak ada tetangga hanya ada pelita yang memberi cahaya ketika gelap tiba. Di tepi danau, pohon rindang, terpasang ayunan di ikat pada dahan nya. Ketika sore tiba, ada lelaki setengah baya yg selalu memancing di danau tersebut, yg jelas tujuan nya bukan untuk mendapatkan ikan tetapi ada tujuan lain di balik kegiatan yg selalu ia lakukan tiap senja telah menyongsong menuju peristirahatan nya. Duduk di ayunan tidak jauh dari laki-laki itu anak perempuan berusia 8 tahun memperhatikan matahari yg sebentar lagi akan pergi meninggalkan hari itu tanpa basa basi.

Sudah 1 tahun kegiatan seperti itu terus berulang semenjak mereka di usir dari permukiman warga desa, "kami sudah tidak tahan lagi dengan semua ini, setiap malam kami terganggu saat sedang tidur oleh teriakan anak anda yg selalu teriak, meronta, menangis, bahkan menjerit tak peduli tengah malam tanpa memikirkan semua org sedang beristirahat" kalimat itu lah yg mereka katakan sampai akhirnya Jorgi dan Sonia harus pindah tinggal di rumah yg jauh dari desa.

Jorgi adalah ayah Sonia, ia merawat anaknya sendiri sejak istrinya meninggal ketika melahirkan. Bukan hal yg mudah menjadi ayah sekaligus ibu, apalagi sejak dilahirkan sonia mengidap syndrome jacob. Cacat mental maupun fisik dapat membuat sonia bisa berubah kapan saja, bisa saja ia tertawa terbahak bahak, setelah itu manangis lalu menjerit, bahkan tertawa sambil menangis tergantung suasana hatinya, dan dalam hal ini jorgi harus menjadi seperti apa yg diinginkan putrinya.

Pagi sekali jorgi bangun seperti biasa, ia memasak, mengambil air dari danau, mandi, lalu siap siap menuju ke bengkel mobil tempat ia bekerja, tapi sebelum berangkat ia selalu menyiapkan makanan untuk sonia di depan pintu kamarnya. Sore hari setelah pulang kerja ia selalu mengajak sonia ke tepi danau, sambil pura pura memancing dan sonia yg duduk di ayunan tertawa mendengar cerita ayahnya yg tiap hari menjadi waktu yg ia tunggu tunggu selama ini. Setiap hari aktivitas itu terus menerus berulang, hingga pada akhirnya pada suatu hari jorgi heran karna biasa nya sonia sangat bersemangat mendengar ceritanya di tepi danau, tapi pada hari itu dia tidak mau. "ada apa sonia ? Kenapa hari ini kamu tidak mau mendengar cerita ayah ?"-Jorgi. " cerita ? Dari semua cerita kenapa ayah tidak mau menceritakan apa yg aku minta ceritakan, aku tidak mau lagi dengar cerita apa apa kecuali cerita itu, ayah"- Sonia. "Baiklah, kalau memang itu yg kamu ingin ayah ceritakan, ayah akan menceritakan nya......................bersambung