Kisah
atau cerita ini tidak berdasarkan kisah nyata, juga bukan hasil dari kisah
inspirasi manapun. Cerita ini hanya karangan saya belaka, ya lebih tepatnya
mengisi waktu luang dan menyalurkan hobi hehehe. Ya udaaah deeh mulai saja
hehehehe….
Di
sebuah desa, tinggallah neysa dan bapaknya yang bernama Tian. Sejak ibunya
meninggal saat umur neysa masih 2 tahun, nesya di rawat oleh bapaknya yang
bekerja sebagai buruh pabrik di kampung sekitar. Bekerja dan harus sekaligus
menjadi ibu bagi neysa tentu saja itu bukanlah suatu yang mudah dilakukan oleh
Tian. Meskipun beban berat yang harus dijalani oleh tian, tetapi dia tidak
pernah mengeluh dan menyerah dengan keadaan, neysa adalah satu-satunya harta
paling berharga baginya,segala sesuatu dia lakukan agar bisa memenuhi kebutuhan
anak simata wayangnya itu.
Setahun
tahun berlalu neysa sudah terbiasa menjalani hidup tanpa kasih sayang seorang
ibu. Sekarang usia neysa 3 tahun, ketika tian kerja neysa biasanya di jaga oleh
tetangga atau kerabat. Sepulang kerja tian tidak langsung istirahat, dia
melanjutkan pekerjaan rumah lain, masak, mencuci pakaian, membersihkan rumah,
dan lain-lain. Sungguh, bukan sebuah rutinitas yang mudah bagi seorang bapak
yang kini sudah menginjak 35 tahun. umur yang sudah mulai menua, tenaga
perlahan berkurang, dan yang pasti sekali lagi itu bukanlah apa-apa di banding
rasa kasih sayangnya kepada neysa sang anak yang sangat dia sayangi dengan
segenap hati dan tulus ikhlas.
Pada
suatu siang hal tak terduga terjadi, seorang kerabat mendatangi tempat kerja
tian memberikan kabar yang sungguh membuat dia panik tak terhingga. Neysa sakit,
dan harus di rawat inap di rumah sakit. Penyakit tulang yang membuat neysa
harus menjalani rawat inap selama 1 minggu di rumah sakit. Segala usaha
dilakukan oleh tian demi kesembuhan sang putri, pinjam duit sana sini, harus
berhutang, menahan rasa malu, demi membiayai pengobatan neysa agar bisa sembuh
dari penyakitnya.
Satu
minggu sudah neysa berada di rumah sakit, dan sebelum pulang dokter memberi
saran pada tian agar membuat ramuan dari obat-obatan alami, herbal, dan
dicampur daging sapi untuk mempercepat proses penyembuhan neysa. Sesampai di
rumah tian segera menuruti perkataan dokter yaitu membuat sup dari obat-obatan
herbal, da nada satu yang kurang adalah daging sapi. Segera tian menuju ke
pasar untuk mencoba ngutang kepada pedagang daging sapi, tapi apa daya tiada
belas kasihan dari sang pedagang. Tian pulang dengan tetesan air mata, sedih,
dan merasa bersalah karena tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.
Sampai
di rumah tian duduk termenung di depan rumahnya, di iringi hujan rintik-rintik,
“ya Tuhan, hamba mu butuh kuasa mu di saat ini, tolong beri hamba kekuatan
untuk menghadapi ini semua. Doa yang dipanjatkan tian dari hati dengan penuh
keyakinan”
Segera masuk dan mengambil pisau,
kain, dan juga mangkuk. Tian mengiris pahanya dengan pisau, kain di gunakan
untuk mengikat pangkal paha agar darah tidak terlalu banyak keluar. Perlahan
tian mulai mengiris daging pahanya, teriakannya karna menahan rasa sakit itu
tak terdengar oleh neysa yg sedang berbaring lemas di tempat tidur. Dengan penuh
perjuangan dan rasa sakit akhirnya dia membuat sup dari daging pahanya untuk
putrinya selesai, setelah makan sup itu keadaan neysa sudah mulai sembuh bahkan
keesokan harinya neysa sudah seperti biasa dan dapat menjalani hari-hari
seperti biasa. Tak ada satu orangpun yang tahu kejadian tersebut, luka besar di
paha tian yang sebenarnya sangat membuatnya tersiksa, tapi sekali lagi kasih
sayang kepada putrinya mengalahkan segala-galanya.
Empat
tahun berlalu, neysa sudah kelas 2 sd dan keesokan harinya tian ulang tahun. Neysa
yang sudah lama ingin membelikan bapaknya sepeda telah menabung selama 2 tahun
untuk membelikan sepeda kesukaan bapaknya dan berniat memberikan sepeda
tersebut sebagai hadiah ulang tahun tian. Sepulang sekolah neysa langsung
menuju toko sepeda yang memang dari dulu sangat ingin di beli oleh tian namun
sampai sekarang belum tercapai karena tian lebih memilih nabung buat biaya
sekolah neysa. Setelah membeli sepadanya neysa lantas memberi tahu kepada kakek
pemilik toko bahwa jangan sampai bapaknya tahu bahwa uang yang digunakan untuk
membeli sepeda adalah hasil tabungannya selama 2 tahun dari uang jajannya tiap
hari. Kakek pemilik toko pun terdiam, haru, mendengar perkataan anak kecil yang
polos itu, dan sang kakek mengiyakan perjanjian tersebut.
Sore
itu, sesampai tian di rumah neysa langsung mengucapkan selamat ulang tahun
kepada tian dan langsung memberikan hadiah sepeda itu kepadanya, sungguh
terkejut tian apa yang di berikan putrinya. Lantas tian bertanya “ nak, kamu
dapat uang dari mana untuk beli sepeda itu ?
Neysa hanya terdiam dan terpaku,
menangis, tak dapat keluar satu katapun dari mulutnya. “sekali lagi bapak Tanya,
kamu dapat uang itu dari mana, dengan nada tinggi” . “bapak tidak pernah
mengajarkan kamu mencuri neysa” sungguh terpaksa tian harus memberikan hukuman
kepada buah hatinya. Mendengar suara tangisan pecah neysa, tetangga segera
mendatangi rumah tian, dan kebetulan kakek pemilik toko sepeda yang sedang
berkunjung di rumah keluarganya yang kebetulan tetangga tian ikut mendatangi
rumah mereka.
Dengan
terpaksa dan harus mengingkari janjinya sama neysa, kakek langsung menceritakan
semua kejadian yang sebenarnya kepada tian. Setelah mendengar cerita sang
kakek, tian langsung memeluk neysa “maafkan bapak nak, maafkan bapak” dengan
tangisan yang tulus mereka berdua berpelukan. Peristiwa itupun membuat haru
tetangga yang menyaksikannya, tanpa sadar mereka pun turut mengeluarkan air
mata… sunggguh peristiwa dan kejadian yang sangat menyentuh hati, dimana kasih
orang tua tidak akan bisa kita bayar dengan dan dalam bentuk apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar